Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan
fisik (mekanik) maupun pelapukan kimia.
Pelapukan mekanik (fisik) merupakan proses pelapukan yang terjadi secara
mekanik atau melalui proses fisika. Pelapukan mekanik hanya mengubah
bentuk atau wujud bendanya saja, sedangkan susunan kimia batuan tersebut
tidak berubah. Proses pelapukan disebabkan oleh perubahan suhu yang
terus menerus. Setiap batuan tersusun atas mineral atau unsure-unsur
yang berbeda. Oleh karena itu setiap batuan mengalami pelapukan yang
berbeda-beda.
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia.
Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda
masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga
mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk
melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau
karst.
Dari proses pelapukan ini, batuan akan
menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk
belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith)
karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus
berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah.
Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap:
Tahap I : Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di
permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan
hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi
yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh
berupa perubahan – perubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan
tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), juga kontraksi
(biasanmya akibat pembekuan air pada pori – pori batuan membentuk es),
yang menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi).
Pelapukan fisik ini membentuk rekahan – rekahan pada permukaan batuan
(Cracking) yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah –
pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus.
Kemudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan
lapisan atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan
kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis,
pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan
merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk
material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan
sebelumnya, seperti mineral – mineral lempung.
Tahap II : Pada tahap ini, setelah mengalami pelapukan bagian
permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan –
rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan
sirkulasi udara. Sehingga dengan proses – proses yang sama, terjadilah
pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, Pada tahap
ini di lapisan permukaan batuan mulai terdapat calon makhluk hidup
(Organic Matter).
Tahap III : Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul
tumbuh – tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada
lapisan – lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan
Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air
dan sirkulasi udara.
Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang
mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada
dasarnya humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu
salah satunya oleh adanya faktor keasaman. Sehingga dengan hadirnya
humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan. Pembentukan larutan
asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi tempat
respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi
air).
Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus
yang ada di lapisan atas melalui rekahan – rekahan yang ada. Menjangkau
lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan
meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya
pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam.
Membentuk lapisan – lapisan tanah yang lebih tebal.
Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi
ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian(leaching)
terhadap lapisan-lapisan yang dilaluinya. Sehingga tahapan ini merupakan
awal terbetuknya horizon-horozon tanah.
Tahap IV : Pada tahap ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga
tumbuhlah tumbuhan – tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan
yang lebih besar, menyebabkan akar – akar tanaman menjangkau lapisan
batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan
yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam
organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada
tahap – tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses
pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Kemudian pada tahap ini juga terjadi proses pencucian yang intensif.
Air yang ter-infiltrasi(meresap) ke dalam lapisan – lapisan tanah
membawa mineral – mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya
pada lapisan – lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi
mineral – mineral tertentu pada lapisan – lapisan tanah tertentu
membentuk horizon tanah. Horizon – horizon tanah ini mengandung
komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
Daftar Pustaka:
http://duniainspirasiku.wordpress.com/2012/09/10/proses-pembentukan-tanah/
http://mifta600058.wordpress.com/2013/01/05/macam-macam-pelapukan-4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar